ManajerMarketing Mubarok Food Muhammad Kirom berharap pada Lebaran ketiga selama pandemi ada kebijakan yang memberikan sinyal positif bagi pelaku usaha, termasuk sektor wisata. Apalagi, kata dia, sudah dua tahun terakhir tidak ada mudik Lebaran, sehingga kebijakan diperbolehkan mudik tentunya akan ada lonjakan pemudik yang berwisata di Kudus. wisataalam (Wisata Colo Kudus, Air Terjun Montel, Air Tiga Rasa Muria Kudus), wisata budaya (Museum Kretek Kudus, Museum Jenang Mubarok Kudus), maupun wisata religi (Makan Sunan Kudus, Makam Sunan Muria). Kabupaten Kudus juga merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang dapat berkembang pesat melalui kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Bumbuyang biasa dipakai dalam membuat gudeg adalah laos, daun salam, bawang putih dan bawang merah, kemiri, ketumbar dan yang khas yang biasa dijadikan bahan pewarna gudeg adalah saun jati. Diperlukan waktu lebih dari 6 jam untuk memasak gudeg, kadang sampai kuahnya kering. Baca Juga: Taman Tresno Jasa Marga Kulon Progo Diresmikan cash. FilterMakanan & MinumanKueMinumanMakanan RinganMakanan JadiKesehatanObat - ObatanMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata produk untuk "jenang kudus mubarok" 1 - 60 dari Jenang Kudus Mubarok Kombinasi SelatanDingdong 1 rb+AdJenang Jawa Krasikan MagelangJenang Jawa 250+AdJenang Kudus Mubarok Tas Aneka Rasa SelatanDingdong 100+AdHosti Polos untuk Perjamuan Kudus Bread of Life - 250 20 rbJakarta TimurGod's Love 60+AdSisa 2Jenang Dodol Kudus Mubarok Moka SelatanDingdong 500+Dodol Jenang Kudus Mubarok Kombinasi SelatanDingdong 1 rb+Sisa 2Jenang Dodol Kudus Mubarok Moka SelatanDingdong 500+Jenang Dodol Kudus Mubarok Cappucino SelatanDingdong 100+Jenang Kudus Mubarok Moka, Dos 10x4 s' Mub. Besar KudusJenang Kudus 250+Jenang Kudus Mubarok Tas Aneka Rasa SelatanDingdong 100+ Sang Pioner dari Kaliputu Gusjigang ibarat roh warga Kudus. Karakter ini pula yang menggerakkan laku hidup masyarakat Kudus, tak terkecuali pasangan suami istri H. Mabruri dan Hj. Alawiyah yang hidup pada era awal abad XX. Layaknya warga Kudus pada umumnya, pasangan suami istri ini juga dua sosok yang taat beragama. Ritual ibadah baik yang wajib maupun sunnah dilakukan oleh H. Mabruri dan Hj. Alawiyah. Bahkan sebagai bentuk ketaatan terhadap ajaran agama, mereka berdua pun menjalankan ukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji di tanah suci. Waktu itu awal tahun 1900-an, perjalanan ke Makkatul Mukarromah dan Madinatul Munawwaroh bukan sesuatu yang mudah seperti sekarang ini. Butuh kesiapan mental, kecakapan menjalankan ritual serta dukungan finansial yang besar, untuk bisa melaksanakan ritual "puncak" dari Rukun Islam tersebut. Dan setelah melewati perjuangan berat, akhirnya mereka berdua pun dapat melakukan ibadah haji dan kembali ke Kudus dengan selamat. Sekembali dari tanah suci, pasangan suami istri beraktivitas layaknya warga Kudus pada umumnya. H. Mabruri mencari nafkah dengan cara berdagang. Meski sudah ada pencari nafkah, namun layaknya perempuan Kudus pada saat itu, Hj. Alawiyah tak ingin hanya berdiam diri di rumah saja. Perempuan di desa ini, dikenal mahir sebagai pembuat jenang. Hal ini tidak terlepas dari cerita lisan yang berkembang turun temurun tentang sebuah kisah yang pernah terjadi di tepi sungai Kaliputu pada masa Sunan Kudus. Waktu itu, cucu Mbah Dempok Soponyono tercebur di sungai tersebut. Meski akhirnya tertolong, namun cucu Mbah Dempok tidak sadarkan diri. Kebetulan waktu, Sunan Kudus dan Syeikh Jangkung melintas di tepi sungai tersebut. Agar cucu Mbah Dempok itu siuman, akhirnya Syeikh Jangkung meminta perempuan di sekitar lokasi membuat jenang bubur gamping. Hal inilah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang di Kudus. Cerita ini pulalah yang menginspirasi ibu-ibu warga Desa Kaliputu beraktivitas membuat jenang. Awalnya, Hj. Alawiyah membuat jenang hanya untuk camilan keluarga dan tidak dijualbelikan. Rupanya, jenang buatan Hj. Alawiyah ini cocok di lidah keraba maupun tetangga yang ada di kanan kiri rumahnya. Bermula dari itu, dan dibantu "promosi" dari mulut ke mulut, jenang produksi Hj. Alawiyah kian dikenal khalayak ramai. Sejarah Jenang Kudus Mubarok dimulai saat Hj. Alawiyah dan H. Mabruri mulai menjajakan jenang dari tangan ke tangan di Pasar Bubar yang dulu berada di sekitar Masjid Al Aqsha Menara Kudus kini areal makam Sunan Kudus sekitar tahun 1910. Waktu itu, jenang di jajakan dengan cara ditempatkan dalam wadah loyang dan tanpa diberi merk. Seriring waktu, rupanya peminat jenang buatan Hj. Alawiyah kian banyak. Jenang hasil buatannya pun kerap digunakan untuk berbagai acara mulai pernikahan, sunatan dan lain sebagainya. Kapasitas produksi waktu itu masih sekitar 35 kilogram per hari dengan sistem penjualan ditimbang sesuai pesanan dan nilai pembelian. Capaian "prestasi" pada masa generasi pertama ini tahun 1910 - 1940 masih seputar ide pembuatan hingga perluasan pasar. Hal ini dapat dimaklumi, karena situasi sosial, politik, ekonomi dan aspek-aspek lainnya pada saat itu memang belum memungkinkan munculnya langkah visioner dalam berdagang. Meski begitu, generasi perintis ini setidaknya sudah mengawali sebuah langkah besar yang akhirnya diteruskan generasi berikutnya yakni dengan memasang merk HMR Haji Mabruri pada jenang buatan Hj. Alawiyah. Jenang Mubarok salah satu jenang yang terkenal di Kudus Jenang sangat mudah ditemukan di warung-warung sekitar wilayah Kudus Jenang Kudus memiliki aneka pilihan rasa sesuai dengan selera Anda Jika Garut terkenal dengan dodol, maka di Kudus kita mengenal panganan serupa dengan nama jenang. Jenang adalah makanan khas kota berjuluk Kota Kretek. Berbahan dasar tepung beras ketan, gula pasir, gula kelapa, santan, dan lemak nabati, jenang memiliki rasa manis. Makanan dengan tekstur kenyal ini juga memiliki aneka varian rasa, seperti coklat, susu, capuccino, mocca, durian, nangka, pandan, dan cocopandan. Jenang biasanya disajikan dalam potongan-potongan kecil, dibungkus dengan kertas plastik, dan dikemas dalam sebuah dus. Bila berkunjung ke Kudus, tidak sulit menemukan makanan yang satu ini. Jenang dengan mudah dapat kita jumpai di wilayah Kudus seperti misalnya di sekitar area Menara Kudus. Saat ini, selain pasar Indonesia, jenang ternyata juga sudah dipasarkan ke beberapa negara seperti di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong, dan Arab Saudi. Artikel Terkait

cara membuat jenang kudus mubarok